Pengertian Bahan Ajar
•
Bahan ajar merupakan
informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/ instruktur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran.
•
Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis.
•
Sedangkan
menurut Pannen (1995)
bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sisitematis,
yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Manfaat Bahan Ajar
Manfaat bahan ajar bagi guru adalah:
a) Efesiensi waktu dalam proses
pembelajaran
b) Mengubah peran guru dari pengajar
menjadi fasilitator
c) Meningkatakan peroses pembelajaran
menjadi lebih efektif dan interaktif
Sedangkan manfaat bahan ajar bagi siswa
adalah:
a) Siswa dapat belajar mandiri
b) Siswa dapat belajar sesuai dengan yang
dikehendaki
c) Siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya
Manfaat bahan ajar dalam pembelajaran
individual dan kelompok
Metode pembelajaran individual lebih menekankan pada
aktivitas siswa dibanding guru, sehingga siswa dapat memahami dan menguasai
materi secara mandiri. Metode ini dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa
secara individual dengan berbagai macam ragam dan perbedaan dalam
kecepatan pembelajaran. Manfaatnya lebih bersifat sebagai bahan utama dan
sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan bahan ajar
individual atau mandiri ini hanya berisi informasi dan pengetahuan tentang
materi- materi yang harus dipelajari dan dikuasai siswa, lebih dari itu harus
tersusun dengan baik sehingga mampu mengontrol dan mengawasi kegiatan belajar
siswa.
Sedangkan manfaat bahan ajar dalam pembelaaran kelompok
adalah sebagai bahan pendukung atau suplemen dari bahan belajar utama dan
seharusnya dirancang dan disusun sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Metode pembelajaran kelompok diletakkan
pada pendekatan dan teknik yang dirancang khusus dan bahan belajarnya. Sehingga
minim sekali membutuhkan bahan ajar dalam bentuk tertulis.
Bentuk Bahan Ajar
Cakupan
Bahan Ajar
•
Judul,
MP, SK, KD, Indikator, Tempat
•
Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru)
•
Tujuan
yang akan dicapai
•
Informasi
pendukung
•
Latihan-latihan
•
Petunjuk
kerja
•
Penilaian
Pengertian Lembar Kerja Siswa
(LKS)
Menurut
Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah
lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang
terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan
kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan
– pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Jadi,
Lembar Kerja Siswa ( LKS) bisa diartikan lembaran-lembaran yang digunakan
peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas
yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik. Prinsipnya lembar kerja siswa adalah tidak dinilai sebagai dasar
perhitungan rapor, tetapi hanya diberi penguat bagi yang berhasil menyelesaikan
tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Mengandung
permasalahan (problem solving) sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikir
mereka dengan memecahkan permasalahan tersebut.
Adapun
bagi siswa penggunaan LKS menurut Dhari dan Haryono (1988) bermanfaat untuk:
1.
Meningkatkan
aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2.
Melatih
dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu
pengetahuan.
3. Membantu memperoleh catatan tentang materi
yang dipelajari melalui kegiatan tersebut.
4.
Membantu
menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar
siswa secara sistematis.
Langkah-langkah
penulisan LKS sebagai berikut:
•
Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, indikator dan materi pembelajaran.
•
Menyusun peta kebutuhan LKS
•
Menentukan judul LKS
•
Menulis LKS
•
Menentukan alat penilaian
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
•
Judul, mata pelajaran, semester, tempat
•
Petunjuk belajar
•
Kompetensi yang akan dicapai
•
Indikator
•
Informasi pendukung
•
Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
•
Penilaian
Asesmen Kinerja
Asesmen Kinerja yaitu penilaian
terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses
pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai
alternatif dari tes yang selama ini banyak digunakan untuk mengukur
keberhasilan belajar peserta didik di persekolahan. Dengan asesmen kinerja ini,
diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu
kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari
proses pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan asesmen kinerja menjadi penting
dalam proses pembelajaran karena dapat memberikan informasi lebih banyak
tentang kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar
memperoleh informasi tentang jawaban benar atau salah saja.
Kelebihan-Kelebihan dan Kekurangan
Penilaian Kinerja
Kelebihan-Kelebihan Dalam Penilaian
Kinerja
Kelebihan
yang paling penting dari penilaian kinerja adalah guru dapat secara langsung
mengukur ketrampilan-ketrampilan dari siswa dan bukan hanya dengan tes saja.
Termasuk pula penilaian ketrampilan-ketrampilan teori tingkat yang lebih tinggi
dan kebanyakan ketrampilan-ketrampilan psikomotorik
Kelebihan
yang kedua dari penilaian kinerja adalah dapat mempengaruhi cara belajar siswa
dimana siswa tidak hanya sekedar menghapal saja tetapi bagaimana siswa
diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan semua
keterampilan-keterampilannya sehingga mereka dapat mengingatnya dengan lebih
baik.
Kelebihan
ketiga dari penilaian kinerja ini adalah guru dapat mengukur proses kinerja
siswa langkah demi langkah yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Kekurangan-Kekurangan dalam penilaian kinerja
·
Masalah dalam instrumen tidak jelas, sukar digunakan
·
Masalah prosedural: kemampuan terlalu banyak, rata-rata
hanya satu orang
·
Penskoran cederung bias atau subjektif
·
Waktu penilaian tidak memadai Penilaian kurang obyektif
·
Kurang andal dalam pemberian angka
·
Tidak semua siswa mempunyai minat yg sama dalam
kegiatan/proses kinerja pada topik tertentu
Beberapa Bentuk Penilaian Kinerja
Dalam aplikasi di lapangan beberapa penilaian dapat juga
dikategorikan ke dalam penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang menghasilkan
suatu benda (produk) lebih spesifiknya dinamakan penilaian produk (product
assessment). Ada pula yang berbentuk tugas yang harus diselesaikan dalam
periode tertentu, penilaian kinerja semacam itu disebut sebagai penilaian
proyek (product assessment).
1. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian hasil karya siswa yang
berbentuk suatu benda. Benda tersebut dapat terbuat dari kain, kertas, logam,
kayu, plastik, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan
patung. Penilaian produk biasa dilakukan pada mata pelajaran kerajinan tangan
dan kesenian, menggambar dan mata pelajaran produktif di sekolah kejuruan.
2. Penilaian Proyek
Salah satu bagian dari penilaian kerja adalah penilaian
proyek. Proyek didefinisikan sebagai tugas yang harus diselesaikan dalam
periode tertentu. Tugas yang dimaksud adalah suatu investigasi sejak dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data, sedangkan
periode untuk menyelesaikannya, misalnya selama dua minggu, satu bulan, satu
semester, atau lebih.
Penilaian proyek juga dilakukan pada proses dan produk akhir
dari tugas tersebut, baik pada proses maupun produk, penilaian difokuskan
ketika sedang merencanakan, membuat spesifikasi, mencatat, dan mengestimasi.
Asesmen Portofolio
Asesmen Portofolio adalah
asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya peserta didik (bisa berasal dari
asesmen autentik) yang disusun secara sistematik, sehingga menunjukkan dan
membuktikan upaya, hasil, proses, dan kemajuan (progress) belajar yang
dilakukan
peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
Portofolio bisa bertindak hanya sebagai koleksi/kumpulan hasil karya
peserta didik, tetapi bisa juga bertindak sebagai asesmen.
Kelebihan-Kelebihan dan Kekurangan-Kekurangan Asesmen Portofolio
Belajar merupakan proses yang panjang, untuk memperoleh
pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman
(banyak membaca, banyak merenungkan, banyak komunikasi, memecahkan banyak
masalah, dan sebagainya). Pembentukan gambar tentang kompetensi siswa juga
memerlukan berbagai instrumen penilaian. Portofolio yang berisi koleksi produk
siswa, dan laporan proses yang dilalui oleh siswa, yang meliputi rentang waktu
yang panjang, dapat memberikan gambaran yang relative lengkap tentang
perkembangan dan kompetensi siswa yang bersangkutan.
Kelebihan-Kelebihan Asesmen Portofolio
Wina Sanjaya, mengemukakan keunggulan penggunaan portofolio
dalam penilaian, adalah
(1)
Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan siswa secara menyeluruh,
(2)
Penilaian porotfolio dapat menjamin akuntabilitas,
(3)
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang bersifat individual,
(4)
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka,
(5)
Penilaian portofolio bersifat self evaluation.
Gronlund, berpendapat, portofolio memiliki beberapa
keuntungan, antara lain sebagai berikut:
(1)
Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas,
(2)
Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam
belajar,
(3)
Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang
lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain,
(4)
Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh
pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik,
(5)
Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu (misalnya
siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuan
umum),
(6)
Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi
siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.
Kekurangan-Kekurangan
dari Asesmen Portofolio
(1)
Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraian
secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia,
penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian
besar siswa,
(2)
Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk
melakukan penskoran, alagi kalau kelasnya besar.
Kelemahan
lain penggunaan asesmen portofolio adalah:
(1)
Memerlu kan waktu dan kerja keras bagi guru dibandingkan penilaian lain,
(2)
Penilaiaan portofolio memerlukan perubahan cara pandang baik dari guru itu
sendiri, dari masyarakat termasuk perubahan cara pandang orang tua,
(3)
Penilaian portofolio memerlukan perubahan gaya belajar,
(4)
Penialaian portofolio memerlukan perubahan sistem pembelajaran.
Perbedaan antara penilaian portofolio dan tes sebagai alat
evaluasi, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
Tes
|
Penilaian
Portofolio
|
Menilai
peserta didik berdasarkan sejumlah tugas yang terbatas
|
Menilai
peserta didik berdasarkan seluruh tugas dan hasil kerja yang berkaitan dengan
kinerja yang dinilai.
|
Menilai
hanya guru, berdasarkan masukan yang terbatas.
|
Peserta
didik turut serta dalam menilai kemajuan yang dicapai dalam penyelesaian
berbagai tugas, dan perkembangan yang berlangsung selama proses pembelajaran.
|
Menilai
semua peserta didik dengan menggunakan satu kreteria.
|
Menilai
setiap peserta didik berdasarkan pencapaian masing-masing, dengan
mempertimbangkan juga faktor perbedaan individual.
|
Proses
penilaian tidak kolaboratif
|
Mewujudkan
proses penilaian yang (tidak ada kerja sama, terutama antara guru,
peserta didik, dan orang tua).
|
Penilaian
diri oleh peserta didk bukan merupakan suatu tujuan.
|
Peserta
didik menilai dirinya sendiri menjadi suatu tujuan.
|
Yang
mendapat perhatian dalam penilaian hanya pencapaian.
|
Yang
mendapat perhatian dalam penilaian meliputi kemajuan, usaha dan pencapaian.
|
Terpisah
antara kegiatan pembelajaran, testing dan pengajaran. kolaboratif.
|
Terkait
erat kegiatan penilaian, pengajaran, dan pembelajaran
|
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar